Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah. Banyak orang telah mencoba berbagai metode, mulai dari terapi hingga plester nikotin, namun tetap gagal. Vape kini muncul sebagai solusi transisi yang lebih ringan.
Vape bekerja dengan memberikan nikotin tanpa proses pembakaran tembakau, sehingga mengurangi paparan zat berbahaya seperti tar dan karbon monoksida. Ini menjadikannya alternatif yang layak bagi perokok yang kesulitan berhenti total.
Pengalaman Berhenti Merokok: Mereka yang Berhasil
Doni, seorang perokok berat selama 12 tahun, memutuskan beralih ke vape. Awalnya menggunakan liquid nikotin tinggi (12mg), lalu menurunkan secara bertahap hingga 0mg dalam waktu 6 bulan.
Ia mengaku merasa lebih mudah bernapas dan tidak lagi merasakan batuk kronis yang biasa muncul tiap pagi. Kini, Doni sepenuhnya lepas dari nikotin dan rokok.
Banyak perokok yang membagikan pengalaman seperti melalui komunitas vaping Indonesia, seperti pembahasan dalam Vapeindo Forum atau di grup sosial media.
Cerita serupa juga datang dari Rina, yang dulunya menghabiskan 2 bungkus rokok per hari. Ia berhasil mengurangi konsumsi nikotin secara perlahan dengan vape dan merasa lebih sehat secara keseluruhan.
Kisah pengguna lain juga dapat ditemukan di situs CASAA, sebuah organisasi konsumen yang mendukung alternatif rokok seperti vaping.
Bukti Ilmiah: Apakah Vape Efektif?
Menurut studi dari Cochrane (2022), pengguna vape nikotin memiliki peluang 60% lebih besar untuk berhenti merokok daripada dengan metode konvensional seperti permen nikotin atau plester nikotin (nicotine patch)
Public Health England juga menyatakan bahwa vaping 95% lebih aman dibanding merokok tembakau. Ini membuatnya layak dipertimbangkan sebagai strategi berhenti merokok.
Sebuah studi di Inggris juga menunjukkan bahwa penggunaan vape sebagai terapi transisi jauh lebih efektif daripada hanya mengandalkan kemauan sendiri atau produk NRT (Nicotine Replacement Therapy).
Sikap Lembaga Kesehatan Global
Royal College of Physicians menyebutkan bahwa vape dapat menjadi alat bantu berhenti merokok yang sah. Namun tetap menekankan pentingnya pengawasan dan edukasi.
World Health Organization (WHO) memang belum memberikan dukungan penuh terhadap vape. Tapi beberapa negara seperti Inggris dan Selandia Baru telah menerapkannya secara sistematis (sumber: New Zealand Ministry of Health)
Hal ini menunjukkan bahwa meski masih menuai pro dan kontra, pendekatan vaping sebagai terapi pengganti punya dasar yang kuat dari sebagian otoritas kesehatan dunia.
Risiko dan Regulasi
Meski vape lebih aman daripada rokok, bukan berarti sepenuhnya tanpa risiko. Beberapa penelitian menyebutkan potensi gangguan paru atau iritasi tenggorokan jika berlebihan.
Di Indonesia, regulasi terkait vape masih minim. Produk terjual bebas tanpa edukasi memadai. Oleh karena itu, sebaiknya pengguna pemula mencari banyak informasi sebelum memulai vaping dan memilih produk berkualitas.
Selain itu, pemula juga perlu berkonsultasi dengan profesional kesehatan, terutama jika memiliki riwayat gangguan pernapasan atau kondisi medis lainnya.
Panduan Memulai: Langkah Realistis untuk Pemula
Pilih perangkat yang sederhana seperti pod system agar lebih ringkas, karena perawatannya cukup sederhana. Hindari mod besar dan kompleks jika kamu baru pertama kali mencoba.
Mulailah dengan kadar nikotin yang setara dengan kebiasaan merokokmu. Misalnya, perokok berat bisa mulai dari 12mg lalu dikurangi secara bertahap.
Gunakan vape sepenuhnya secara konsisten tanpa merokok. Ini penting agar tubuh terbiasa dan kamu bisa lebih cepat menyesuaikan diri dengan transisi.
Pilih liquid dari merek tepercaya dan pastikan kandungan nikotinnya jelas. Hindari produk ilegal atau yang tidak berpita cukai.
Kesimpulan: Berhenti Merokok dengan Vape?
Berhenti merokok adalah proses, bukan keputusan semalam. Vape bisa menjadi alat bantu yang efektif jika pengguna memanfaatkannya dengan bijak dan terarah.
Gunakan pengalaman orang lain, dukungan ilmiah, dan panduan yang jelas sebagai pijakan. Mulailah langkah kecil hari ini untuk hidup yang lebih sehat.